Cara Membantu Remaja Menghadapi Tantangan Hidupnya
Cara Membantu Remaja Menghadapi Tantangan Hidupnya merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 30 Rabiul Awwal 1447 H / 23 September 2025 M.
Kajian Tentang Cara Membantu Remaja Menghadapi Tantangan Hidupnya
Karena itu, penting mengetahui bagaimana memberikan bantuan yang tepat. Menolong remaja yang sedang bermasalah bisa diibaratkan seperti menolong orang tenggelam. Jika tidak tahu caranya, penolong justru bisa ikut tenggelam. Begitu pula dengan manusia ketika membutuhkan pertolongan. Bukan hanya niat baik yang dibutuhkan, melainkan juga cara yang benar. Sebagian orang ingin membantu saudaranya, tetapi karena cara yang salah, justru membuat saudaranya semakin terbenam dalam masalah yang lebih berat.
Hal ini sejalan dengan prinsip amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian, niat baik saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan metode yang benar. Kondisi-kondisi yang sudah dibahas sebelumnya menjelaskan kapan seorang remaja membutuhkan bantuan.
Pihak yang paling berkompeten untuk mengulurkan tangan kepada mereka adalah keluarga, terutama ayah dan ibu. Mereka adalah orang yang paling dekat dan paling berhak memberikan bantuan, karena paling mengenal perilaku dan kebiasaan anak.
Tidak ada yang lebih mengenali anak selain orang tua. Normalnya demikian, walaupun banyak juga orang tua yang tidak memahami anaknya, mungkin karena jarang bertemu atau karena anak sudah lama tidak tinggal bersama mereka. Dalam kondisi seperti ini, wajar jika orang tua tidak mengenali anaknya secara utuh.
Selanjutnya adalah para guru sebagai perpanjangan tangan orang tua di sekolah. Mereka berinteraksi langsung dengan anak-anak di kelas, ruang bimbingan, ruang konseling, atau lingkungan pendidikan lainnya. Guru memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada murid-muridnya. Dulu dikenal istilah guru BP, yaitu Bimbingan dan Penyuluhan. Inilah bentuk nyata bahwa ada pihak lain yang membantu orang tua menyelesaikan masalah-masalah anak di sekolah.
Remaja perlu diarahkan untuk berpikir positif. Pada usia ini, mereka masih labil dan belum menemukan jati diri, apalagi dalam menyikapi keadaan sekitar. Karena itu, penting diarahkan agar memiliki positive thinking. Sebaliknya, berpikir negatif hanya akan memperberat masalah.
Berpikir positif berarti berpikir rasional, menjauhi sifat egois dan sombong, serta berani mengakui adanya masalah. Terangkan kepada remaja bahwa melarikan diri atau menghindari kenyataan tidak akan menyelesaikan persoalan. Justru hal itu tidak akan menjauhkan dari masalah yang dihadapi. Maka, perlu dukungan agar mampu menghadapi masalah, bukan lari darinya. Menghindar biasanya hanya menimbulkan masalah baru yang lebih banyak dan lebih berat.
Satu masalah yang tidak diselesaikan bukan berarti hilang dengan sendirinya, tetapi akan melahirkan masalah-masalah baru. Seperti penyakit yang tidak disembuhkan, ia akan merambat ke organ lain yang sebelumnya normal, hingga semakin banyak yang terkena dampaknya. Begitu pula masalah yang dibiarkan atau diabaikan akan semakin parah dan melebar ke mana-mana.
Demikian juga masalah ketika dianggap seolah-olah bukan masalah, kenyataannya tetaplah masalah. Masalah yang tidak diselesaikan cenderung melahirkan masalah baru. Karena itu, penting membuka hati dan menanamkan dalam pikiran untuk berpikir positif. Inilah langkah awal keberanian dalam menyelesaikan masalah.
Sebaliknya, negative thinking cenderung membuat seseorang mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain di sekitarnya, dan tidak pernah melihat kesalahannya sendiri.
Remaja sering kali tidak fokus pada masalah yang dihadapinya. Masalah dianggap milik orang lain, padahal sebenarnya masalahnya sendiri. Karena itu, penting membuka hati dan menanamkan dalam benak mereka keberanian untuk menghadapi masalah.
Keberanian (asy-syujā‘ah) adalah akhlak yang harus ditanamkan pada diri setiap muslim, termasuk pada anak-anak. Hidup ini penuh dengan risiko, dan setiap pilihan yang diambil pasti memiliki konsekuensi. Orang yang lemah, tidak berani, atau ragu mengambil keputusan akan cenderung kalah dan semakin terpuruk. Bahkan, terkadang sekadar mengakui adanya masalah pun enggan dilakukan, sehingga masalah terus diabaikan padahal nyata adanya.
Yang perlu ditanamkan adalah keyakinan bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
…وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq [65]: 2)
Hal ini harus diyakini oleh setiap muslim, bukan hanya remaja. Kunci utamanya adalah ketakwaan, kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bertaubat dan mengakui kesalahan.
Doa yang diajarkan dalam kisah Nabi Adam ‘Alaihis Salam patut dijadikan teladan:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A‘raf [7]: 23)
Nabi Adam tidak menyalahkan iblis meskipun iblislah yang menggoda dengan keras. Beliau justru mengakui kesalahannya sendiri, bahwa perbuatan melanggar perintah Allah adalah bentuk kezalimannya terhadap diri. Sikap ini harus dicontoh, yakni tidak menyalahkan orang lain dan tidak mencari kambing hitam, melainkan menyadari dosa sebagai tanggung jawab pribadi.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55619-cara-membantu-remaja-menghadapi-tantangan-hidupnya/